Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DPK HKTI Banyuwangi Berikan 2 Solusi Soal Harga Gabah Anjlok

Editor : Andi Dara | 17:15 WIB

Dok.newspantau/istimewa.
Ketua dewan pimpinan kabupaten Banyuwangi, Sonny Agus Setiawan saat diwawancarai awak media, Jum'at kemarin (26/3/2021).
------------------------------------

 News-Pantau.com, Banyuwangi - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebut musim hujan dan panen raya menjadi kolaborasi penyebab merosotnya nilai jual gabah secara nasional. Termasuk di Kabupaten Banyuwangi. Untuk mencegah hal ini terulang kembali, HKTI Banyuwangi menilai ada beberapa cara yang ampuh untuk cegah kerugian petani.

HKTI Minta Operasi Pasar di Banyuwangi Tak Pakai Beras Vietnam Sisa Impor 2018

Ini Dia Sususan Kepengurusan DPN HKTI Periode 2020-2025

Agar Tak Tergantung Impor, Ketua Umum HKTI: Ketahanan Pangan Nasional Penting.

Jaga Ketahanan Pangan, HKTI Kota Probolinggo Giatkan Urban Farming

Ketua HKTI Banjarnegara: Harga Produk Pertanian Turun karena Daya Serap Berkurang.

Selain faktor hujan dan panen raya, HKTI juga menilai jebloknya harga gabah saat ini dipengaruhi oleh minimnya mesin pengering gabah di tempat penggilingan.

"Musim hujan dan panen raya menjadi satu paket yang sebabkan harga jual gabah rendah. Selain itu, minimnya mesin pengering di tempat-tempat penggilingan juga memperkuat faktor tersebut," kata Ketua DPK HKTI Banyuwangi, Sonny Agus Setiawan, dilangsir newspantau.com Sabtu (27/3/2021).

Sonny menilai ada dua hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi fenomena tersebut. Pertama dengan menerapkan strategi tunda jual. Namun, strategi tersebut membutuhkan campur tangan pemerintah untuk mengkampanyekan sistem Resi Gudang.

Dijelaskan Sonny, pada kondisi seperti ini akan sulit mengontrol harga jual gabah. Ini karena petani harus segera menjual panen mereka untuk persiapan modal masa tanam berikutnya.

"Sistem tunda jual ini bisa dilakukan, jika petani bisa menggunakan gabah mereka sebagai agunan. Karena mereka pasti butuh modal ulang untuk masa tanam setelah panen," kata Sonny.

Solusi selanjutnya yakni memfasilitasi tempat-tempat penggilingan padi di seluruh kecamatan dengan fasilitas mesin pengering yang dapat diangsur.

"Atau bisa pemerintah melalui Kementerian Koperasi memberikan fasilitas kemudahan kredit berupa mesin oven untuk tempat-tempat penggilingan. Karena harganya ini lumayan mahal, mulai Rp 150 juta keatas," katanya.

Dengan kondisi ini, menurut Sonny banyak tempat-tempat penggilingan padi menolak untuk menampung gabah dari petani. Ini karena, sistem pengeringan masih menggunakan sinar matahari. Sehingga di musim hujan saat ini, membutuhkan waktu lebih lama untuk mengeringkan gabah setelah panen.

"Keluhan petani ke kami, banyak tempat penggilingan yang tidak bisa menerima gabah mereka. Karena lahan pengeringan terbatas. Sedangkan gabah terus membeludak," kata Sonny.

"Jika gabah dipaksa ditampung terlalu lama, maka pengusaha penggilingan yang rugi. Karena beras yang dihasilkan kurang baik. Warnanya kuning dan harga jualnya murah. Akhirnya terpaksa menolak gabah-gabah dari petani," imbuhnya.

Untuk Bulog sendiri, kata Sonny, juga memiliki standarisasi tersendiri. Jika gabah memiliki kadar air yang tinggi maka Bulog juga tidak bisa menampung.

Dijelaskan Ketua DPK HKTI Banyuwangi tersebut, harga gabah di Banyuwangi saat ini pada kisaran Rp 4.000 hingga Rp 4.200. Sedangkan harga stabil sendiri di angka Rp 4.600 hingga Rp 4.800. Sedangkan produktivitas di tahun 2021 ini diprediksi meningkat sekitar 26,88 persen. (hsn/anm).