Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penanaman 1000 pohon bibit mangrove & HUT Tagana kota Surabaya ke-17

Editor : Sulhan | 21:35 WIB

Dok.newspantau/istimewa.

News-Pantau.com, Surabaya - Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menyebabkan kondisi bumi makin panas. Keberadaan rumah kaca, penebangan hutan secara liar,  dan abrasi pantai semakin memperparah kondisi tersebut. 

Berpijak keprihatinan pada kondisi yang ada dewasa ini. Taruna Siaga Bencana/Tagana Surabaya  bertepatan dengan HUT ke-17 tahun menggelar bhakti sosial penanaman mangrove di kawasan ekowisata Gunung Anyar Surabaya.

Kegiatan penanaman mangrove yang digelar hari Minggu ( 21/3) tersebut, diikuti oleh puluhan anggota Tagana Surabaya, diantaranya Koordinator Tagana Sigit Ari Ekianto.

Sebelum penanaman mangrove dimulai, dilakukan upacara singkat yang dipimpin oleh Kepala Bidang Swadaya Sosial Dinas Sosial Surabaya, M Rizal. Pada kesempatan tersebut, diserahkan tumpeng ulang tahun dan bibit mangrove secara simbolis dari Dinas Sosial kepada Tagana Surabaya.

“Kami menyampaikan terimakasih kepada Dinas Sosial Surabaya yang telah setia mendampingi dan mengapresiasi kami selama 17 tahun ini,” kata koordinator Tagana Surabaya, Sigit Ari Ekianto, yang didampingi Ketua Panitia HUT Tagana ke-17, Yahya, kepada wartawan News-Pantau.com, di Surabaya Senin (29/3) kemarin.

Ribuan bibit yang didatangkan  khusus dari Probolinggo tersebut, ditanam secara bersama- sama oleh anggota Tagana selama 7 jam. Mereka melaksanakan penanaman dengan senang hati, walaupun harus berbasah-basah karena harus terjun ke pantai, disertai cuaca panas  yang mulai menyengat.

“Alhamdulillah teman-teman Tagana Surabaya gembira melakukan kegiatan ini,” jelas Sigit yang juga mantan Ketua Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat / PSM Jawa Timur/Jatim ini. 

Tagana yang merupakan organisasi relawan kebencanaan dibawah binaan Dinas Sosial, selalu hadir di kejadian bencana, baik bencana alam maupun non alam kebakaran, banjir, gempa bumi, gunung meletus, kapal tenggelam, dan kerusuhan SARA.

“Semoga dengan memasuki usia yang ke-17 ini bisa lebih mementaskan dan sekaligus memantapkan kami sebagai relawan sosial kebencanaan” harap Sigit yang juga berprofesi sebagai pendidik ini. (SH/Red).