Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Singgung UU ITE, Senator Lia Istifhama: Jangan Bikin Gaduh Ruang Digital Hanya Karena Kepentingan Politik

Editor : Andi SHM | 19.30 wib
Dr. Lia Istifhama anggota DPD RI asal Jawa Timur.

JawaTimur, NewsPantau.com -- Terjadi lagi, serangan siber atau cyber attack kembali dialami senator Jatim Lia Istifhama.  Setelah sebelumnya, tepat pada Juni 2024, politisi perempuan yang dikenal dengan humble dan peran CANTIK, cerdas, inovatif, kreatif itu, menjadi korban hacker sehingga kehilangan akun gmail yang sekaligus google drive sebesar 1 TB dan channel youtube Lia Istifhama.

Pada saat itu, ning Lia, sapaan akrabnya, mengalami rangkaian cyber attack pasca penetapan anggota DPD RI terpilih 2024 secara nasional oleh KPU RI.

Saat itu, ia menyampaikan kejahatan yang dialaminya cukup variatif, mulai dengan mengubah profilnya di laman Wikipedia, hingga meretas akun medsosnya. 

"Nomer Whatsapp pribadi saya pernah mengalami blokir pada 27 April 2024, padahal saya tidak membuka link atau aplikasi apapun. Jadi full tiba-tiba terblokir. Dan beberapa minggu kemudian nomer WA tidak bisa digunakan sekian menit dan semua pesan yang dikirim tidak masuk dalam history alias jam pasir seperti umumnya chat WA saat sinyal tidak stabil," kata Doktoral UINSA itu, 21/9/25. 

Tak hanya itu saja, laman Wikipedia bernama Lia Istifhama pun hilang dan tidak bisa diakses.

“Bukan hanya WA saja ya, Wikipedia juga hilang, kemudian akun instagram relawan ada yang mengalami shadow blokir dan juga ada akun lainnya mengalami peretasan. Selain itu, pemberitaan online juga mengalami shadow blokir sekitar 3 hari, jadi tidak muncul dalam google, melainkan hanya bisa dibuka jika diklik linknya,” tambahnya.
Dr. Lia Istifhama anggota DPD RI asal Jawa Timur.

Namun, dari semua rangkaian tersebut, yang paling membuat wakil rakyat terpopuler di Jawa Timur versi ARCI itu, adalah tatkala akun gmailnya menjadi korban peretasan.

"Yang paling membuat saya tidak habis pikir adalah ketika akun Google pribadi, yaitu liaistifhama@gmail.com, diretas oleh hacker pada 20 Juni 2024 padahal ada autentifikasi dua faktor. Sedangkan akun gmail suami saya, yang semula beberapa kali ada upaya pembobolan, tidak lagi dibobol pasca akun utama gmail saya berhasil diretas. Ini semua belum lagi serangan buzzer di berbagai postingan yang menoticed nama Lia Istifhama, terutama di TikTok. Jadi saya kira semuanya sangat sistematis, kalau istilah orang Jawa, ‘ngoyoh banget’. Bahwa upaya pelemahan personal branding dalam dunia digital, memang ada dan nyata.”

Dan kini, ning Lia pun mengalami ketidaknyamanan lagi pada salah satu akun sosmed pribadinya, tepatnya akun Instagram.

“Akun IG saya tiba-tiba kehilangan centang biru dan saat dilaporkan pada meta atau pihak Instagram, hanya muncul keterangan sedang proses verifikasi padahal sudah lebih dari 48 jam dan tidak muncul notif lain yang umumnya terjadi saat pemilik akun proses verifikasi. Padahal, sebelumnya, tepatnya dua tahun terakhir, sudah terverifikasi. Kemudian, tiba-tiba postingan hilang dan muncul keterangan emoji seperti ajakan membuat postingan pertama kali, dan itu terjadi tiga kali dalam semalam, hingga kemudian saya gercep membuat story dengan menandai Instagram untuk memastikan agar akun IG ini tidak hilang seperti channel youtube sekaligus akun gmail.”

Atas kejadian itu, perempuan yang semula dikenal sebagai aktivis tersebut, menyinggung penerapan UU ITE.
Dr. Lia Istifhama anggota DPD RI asal Jawa Timur.


“Seperti kita ketahui, UU No. 1 Tahun 2024 sebagai Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dibuat dengan tujual menjaga ruang digital yang bersih, sehat, dan beretika. Tentunya, salah satu tujuan utama adalah menjaga kegaduhan dalam ruang digital.”

“Oleh sebab itu, menurut saya sebagai korban cyber crime terkait sosial media yang sifatnya personal, seyogyanya menjadi potret nyata bahwa perlindungan ranah privasi memang diperlukan. Karena seharusnya sosial media sebagai bentuk tags your memories atau potret kenangan keluarga misalnya, itu tidak bisa disangkutpautkan dengan politik. Oleh sebab itu, platform sosial media pun, seperti tiktok, Instagram, facebook, youtube, X atau twitter, seyogyanya tidak bisa dijadikan alat untuk menjatuhkan atau menghambat hak personal untuk mengisinya platform tersebut dengan tujuan-tujuan positif.”

Sedangkan sebagai informasi, pada 20/9/25 malam, ning Lia menyempatkan memposting di laman IG nya yang ternyata menjadi pesan kepada anak-anaknya bahwa posisi jabatan politik yang saat ini diembannya, tidak lebih utama daripada perannya sebagai seorang Ibu sekaligus pengejawantahan khoirunnas anfauhum linnas. Berikut cuitannya:

“Finally..trial posting lagi setelah bberapa "keunikan" menimpa akun IG dan sosmed2 lain pasca penetapan Pemilu 2024 (yaaah sudah setahun setengah off nya 😊😊

Terkhusus zahir akmal, mama trenyuh saat kalian ternyata suka melihat foto masa kecil dan mama hanya bisa berkata, dulu mama suka sekali posting kalian di sosmed mama, namun kemudian pasca penetapan pemilu, akun2 sosmed mama selalu ada yg brusaha hack hingga finally youtube serta google drive hilang semua. Mama sedih pastinya, karena itu salah 1 tempat mama menyimpan potret kalian sbg bentuk tags ur memory. Dan mama yakin, andai hacker datang lagi, potret kenangan penuh cinta masih selalu terekam dalam memory kalian. 

Karena sejatinya jabatan politik bukanlah goal utama, melainkan bagaimana khoirunnas anfauhum linnas tercipta, dan salah satu indikator adalah bagaimana resolusi positif selalu terpatri dalam hati untuk dicapai melalui ikhtiar positif tentunya.

Happy birthday akmalku sayang.mama berdoa utk kamu dan kakak cool mu, zahir, semoga segala kebaikan dan perlindungan Allah SWT menyertai kalian. 

Bismillah untuk semuanya..stay tune with ur passion...”. *** @and/nurf