Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak-anak Nakal di Surabaya Kembali Berulah, Eri Cahyadi Pilih "Asramakan", Tak Lagi Kirim ke Barak

Editor : Totok Suwarno | 18.00 wib
Dok.newspantau/istimewa.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi.
----------------------------------------------------------------
Surabaya, NewsPantau.com -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi atau Cak Eri memastikan intervensi pendidikan karakter anak tetap menjadi prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya saat ini. Khususnya, bagi siswa yang pernah terlibat kenakalan remaja.

Menurut Wali Kota Cak Eri, pihaknya menyiapkan program di Kampung Anak Negeri (Kanri) hingga program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana (1 Gamis 1 Sarjana) di Dinas Sosial (Dinsos). Tak sekadar memberikan efek jera, program tersebut juga membangkitkan semangat anak untuk melanjutkan pendidikan hingga mewujudkan cita-citanya di masa depan.

Program itu sekaligus menyempurnakan program Sekolah Kebangsaan yang diinisiasi Pemkot Surabaya pada 2023.

Sekolah Kebangsaan digelar dengan menggandeng TNI tersebut, sempat mengirim anak-anak ke barak militer. Program yang diisi dengan pembekalan anak-anak dengan wawasan kebangsaan selama 10 hari tersebut sebenarnya terbukti membawa perubahan drastis menuju lebih baik. Hanya saja, perubahan tersebut sering kali tidak bertahan lama.

"Setelah 3-4 bulan, ternyata ada yang kembali lagi ke kebiasaan lama. Sehingga saya membuka asrama, ada Kampung Anak Negeri, ada program Satu Sarjana Satu Keluarga Miskin. Itu untuk menampung anak-anak ini," kata Cak Eri, Senin (26/5/2025).

Melalui asrama di Kanri hingga program 1 Gamis 1 Sarjana dalam program Bibit Unggul, pendidikan karakter dilakukan di asrama. Tak dilakukan secara singkat, tetapi dilakukan secara jangka panjang. Sasarannya diutamakan kepada anak yang sebelumnya dijangkau oleh Satpol PP Surabaya.

Mereka melakukan berbagai kenakalan, seperti mengamen, ngelem, hingga terlibat perkelahian. Melalui program tersebut, anak tidak akan dihukum atau dipaksa melakukan kegiatan fisik di asrama. Sebaliknya, asrama tersebut menawarkan kebersamaan dan ruang kelas yang memadai untuk mengubah pola pikir mereka.

"Jadi kalau dari keluarga nggak mampu, kami bantu, bisa melalui sekolah dan masuk asrama Kanri atau Bibit Unggul. Tapi kalau masih mampu, ya tetap melakukan pengawasannya," tutur Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ini.

Beberapa peserta di asrama Kanri maupun Bibit Unggul berasal dari keluarga kurang mampu. Bagi yang demikian, akan mendapatkan bantuan biaya dari Pemkot Surabaya. Cak Eri menawarkan bantuan biaya pendidikan dengan syarat sederhana, anak-anak harus berada di rumah pada pukul 22.00 WIB malam.

"Kalau tidak punya biaya, serahkan ke pemkot, akan kami sekolahkan. Makanya nanti itu akan diantar menuju ke Kampung Anak Negeri atau ke asrama Bibit Unggul," ujarnya.

Pemkot Surabaya menyiapkan kuota sekitar 200 tempat untuk Asrama Bibit Unggul melalui program 1 Gamis 1 Sarjana. Kemudian, 200 lagi untuk jenjang SMP dan SMA.

Privasi siswa yang mengikuti program ini juga terjaga. "Sejak 2022 saya bergerak, saya berusaha menjaga privasinya warga saya yang saya datangi. Saya tidak ingin mereka malu atau minder," tegas Cak Eri.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Ida Widyawati, menyampaikan, pihaknya segera bergerak cepat menindaklanjuti arahan Wali Kota terkait pembinaan orang tua dan remaja. Selain itu, ada pula program yang menyasar orang tua dengan penghasilan di bawah Rp 4 juta, untuk diikutsertakan dalam program Padat Karya. 

“Pemkot Surabaya siap membantu keluarga yang tidak mampu dengan memfasilitasi biaya pendidikan anak, termasuk melalui Asrama Bibit Unggul atau Kampung Anak Negeri bagi mereka yang ingin bersekolah penuh,” kata Ida. *** @totok/nur

#eri cahyadi 
#barak militer 
#anak nakal 
#penanganan anak nakal
#sekolah kebangsaan surabaya 
#kampung anak negeri surabaya 
#program satu keluarga miskin satu sarjana
#program 1 Gamis 1 Sarjana Surabaya